Senin, 07 Desember 2015

Pelajaran TK A : Berbahasa Ke-10 dan Bahasa Arab Ke-11

✒📒✒📒✒📒✒📒✒📒✒

بسم الله الرحمن الرحيم
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Pelajaran Berbahasa & Bahasa Arab
Untuk TK kelas A

📌 Assalamualaikum Yaa bunayya..
Tetap semangat yah❗

💐 Hari ini kita akan berlatih membaca latin serta arab dengan lancar, lalu kita akan menghafal beberapa Mufrodat (materi sesuai dengan tema yang ada di buku panduan kurikulum ibu Nurani Musta'in)
Sudah siap..

📢 Saatnya kita menjelajah dunia huruf..
Jangan lupa sebelum  memulai kita baca "Bismillaah.."

Membaca latin :

A da  la ba   la ba
Pa da   ka ca ma ta
Ri ma   su ka   ro ti
Da ni   ba ca   bu ku
Ta xi   pa pa   to ni
Ma ma   be li   na si
Li sa    su ka   su su

Membaca Arab :

اَ اَ    اَبَ     بَ بَ    بَ اَ

اَبَ اَ     بَ اَ بَ     بَ بَ اَ

اَ بَ    اَ بَ    اَ بَ    اَ بَ

اَ بَ    اَ تَ    بَ تَ    تَ تَ

اَ بَ تَ    بَ اَ تَ    تَ بَ اَ

اَ بَ تَ      اَ بَ تَ      اَ بَ تَ
(Membaca arab serta latin ini hanya contoh dari ana, Ummah bisa mengembangkan sendiri untuk materi membaca arab dan latin ini dengan menerapkan kaidah pengucapan untuk baca arab)

👍🏻 Baarakallahu fiik..

Belajar mufradat :
Tema : Bepergian 

🇸🇦 سَيَّارَةٌ       🇮🇩 mobil

🇸🇦 دَرَّاجَةٌ      🇮🇩 sepeda

🇸🇦 قِطَارٌ        🇮🇩 kereta api

🇸🇦 طَائِرَةٌ       🇮🇩 pesawat terbang

🇸🇦 سَفِيْنَةٌ       🇮🇩 kapal laut

🇸🇦 جَوَّالَةٌ        🇮🇩 sepeda motor

👍🏻 Baarakallahu fiik..

Nah sekarang bunayya coba mengerjakan latihan yang sudah di sediakan oleh ummah yah..

✏ Latihan : Menulis nama ananda di buku masing-masing dengan bantuan ummah.

📚 Tanbih :
Ummah ajarkan ananda mengenal huruf serta kata dengan 2 suku kata, jangan paksa ananda untuk mengerti semua materi pelajaran. Cukuplah ananda bisa serta faham cara menulis namanya untuk permulaan "Belajar Mandiri di Rumah". Untuk mengenal huruf - huruf cukuplah ummah membantu dengan menuliskan di buku kotak ananda dengan bantuan titik-titik atau menebali. Gunakan tulisan tangan atau font (jika menggunakan komputer) yang umum. Afwan, jangan gunakan tulisan berkelok - kelok karena akan menyulitkan ananda.

👍🏻 Baarakallahu fiik..

📑 metode pembelajaran :
📌 Minta ananda membaca sendiri dengan bantuan ummah menunjuk per kata secara acak
📌 Untuk metode pembelajaran yang lainnya ummah dapat melihat di blog Majmu'ah Raudhatul Athfal

📝 Di susun oleh Ummu Suhail berdasarkan buku panduan kurikulum milik ibu Nurani Musta'in serta beberapa sumber

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك و أتوب إليك

🎀مجموعةروضةالأطفال🎀

📮 Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami:

💻 http://tamananakshalih.blogspot.com/

Pelajaran TK A : Tarikh Ke-3

〰〰📖〰📖〰📖〰📖〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pelajaran Tarikh
Untuk TK Kelas A

🎀 KISAH NABI HUD ‘ALAIHIS SALAM 🎀

📢 Assalamualaikum yaa bunayya..
Kayfa haalukum..
Khoir.. Alhamdulillah..

🌹 Alhamdulillah..hari ini Allah kembali mempertemukan kita dalam majlis yang mulia ini..
Bunayya hari ini kita akan bercerita tentang kisah nabi Hud 'alaihissalam bersama kaumnya yang sangat sombong

📝 Nabi Hud ‘alaihis salam tinggal di negeri Yaman, di sebuah tempat yang bernama Al Ahqaaf (bukit-bukit berpasir), di sana tinggal kaum ‘Aad pertama yang nasab mereka sampai kepada Nabi Nuh. Mereka tinggal di rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang yang besar sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Al Fajr: 7-8)

🏢 Mereka juga membangun istana-istana dan benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan bangunan-bangunan itu. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main (bermewah-mewah) –Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar kamu kekal (di dunia)?” (QS. Asy Syu’ara: 128-129)

⌛ Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi; mereka unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar kepada mereka, di samping mereka memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengaruniakan kepada mereka bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain, badan mereka tinggi dan kuat. Apabila mereka berperang atau menyerang suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan mereka begitu mengerikan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala menyebutkan perkataan Nabi Hud kepada mereka,

“Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 130-134)

Tetapi, meskipun nikmat-nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada mereka begitu banyak, namun mereka tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya, bahkan mereka menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mereka sembah patung-patung, dan mereka adalah kaum yang pertama menyembah patung setelah banjir besar zaman Nabi Nuh. Sebagaimana firman Allah,

“Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Allah telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kamu mendapat keberuntungan.” (Terj. Al A’raaf: 69)

✋🏻 Tidak hanya itu, mereka juga mengerjakan berbagai maksiat dan dosa serta mengadakan kerusakan di bumi, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Hud ‘alaihis salam kepada mereka untuk menunjukkan jalan yang lurus; Beliau mengajak mereka menyembah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan melarang mereka berbuat syirk dan melakukan berbagai kemaksiatan.

🌾 Beliau juga mengingatkan mereka agar bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang diberikan-Nya kepada mereka, Beliau berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al A’raaf: 65)

❓Mereka pun bertanya-tanya tentang keadaan diri Nabi Hud ‘alaihis salam, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Hud sehingga mengatakan kata-kata seperti itu?” Hud menjawab,

“Sesungguhnya aku adalah rasul yang dapat dipercaya bagimu—Oleh karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan taatilah aku.” (QS. Asy Syu’ara: 125-126)

🔪 Maka kaumnya membantahnya dengan kasar dan sombong sambil berkata,

“Sesungguhnya Kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. Al A’raaf: 66)

Hud menjawab,
“Wahai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam.– Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS. Al A’raaf: 67-68)

💰 Kaumnya pun semakin sombong di samping menolak dengan keras beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka berkata kepada Nabi Hud ‘alaihis salam,

“Wahai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu–Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu…dst.” (QS. Huud: 53-54)

🌾 Meskipun begitu Nabi Hud ‘alaihis salam tetap bersabar dan mengajak mereka untuk mengikuti kebenaran. 

👍🏻 Baarakallahu fiik..
InsyaAllah akan kita sambung lagi pekan depan yah bunayya kisah nabi Hud 'alaihissalam

Tanbih :
📌 Untuk metode pengajaran bisa ummah lihat pada materi tarikh yang telah lalu

📚 Disusun oleh ummu Suhail berdasarkan Al Qur'an serta berbagai sumber

🎀مجموعةروضةالأطفال🎀

💻 Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami:

🔗 http://tamananakshalih.blogspot.com/

Senin, 30 November 2015

Figur Ke-14 : Asma’ Bintu Abi Bakr Ash Shidiq رضي الله عنهما 

🎀Figur Shalihah Panutan Wanita Shalihah🎀



🌹Inilah dia wahai ibu...
Figur Wanita Shalihah,
Sebaik-baik cermin...
🔎Untuk kita berkaca padanya...



🌅 Figur Ke-1⃣4⃣


🌸〰 🌸 Asma’ Bintu Abi Bakr Ash Shidiq رضي الله عنهما 🌸〰 🌸

✏(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran حفظها الله)

📃 Sebuah kisah kehidupan seorang wanita mulia, putri seorang yang mulia. Sesosok pribadi yang menggambarkan sebuah ketabahan hati dalam menjalani setiap babak dalam kehidupannya, hingga akhir hayatnya.

💐 Dia dikenal dengan namanya, Asma` bintu Abi Bakr ‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim Al-Qurasyiyah At-Taimiyyahرضي الله عنهما. Berkunyah dengan nama Ummu ‘Abdillah. Ibunya bernama Qutailah bintu Abdil ‘Uzza bin As’ad bin Jabir bin Malik bin Hasl bin ‘Amir bin Lu`ay. Dia saudari sekandung Abdullah bin Abi Bakr Ash-Shiddiq. Lahir beberapa belas tahun sebelum lahir adiknya satu bapak, ‘Aisyah bintu Abi Bakr رضي الله عنهما.

⛅ Asma`bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq رضي الله عنهما turut menyongsong cahaya Islam di awal kedatangannya. Dia berislam setelah berislamnya tujuh belas orang shahabat. Kisah-kisah hidupnya bertabur keharuman yang melukiskan ketabahan dirinya.

🎀🎀 Kisah yang tak terlupa, ketika Rasulullahصلى الله عليه وسلم hendak bertolak untuk hijrah ke Madinah bersama Abu Bakr Ash-Shiddiq رضي الله عنه. Dipersiapkannya air dan bekal perjalanan hijrah mereka. Namun saat itu dia tak menemukan sesuatu pun yang bisa digunakan untuk mengikat perbekalan itu. Atas saran sang ayah, dilepasnya ikat pinggang yang melilit pinggangnya, lalu dibagi menjadi dua. Satu untuk mengikat makanan, satu lagi untuk mengikat tempat air. Peristiwa ini membekaskan sesuatu yang berharga, dia digelari oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan Dzatun Nithaqain, sang pemilik dua ikat pinggang.

🎒 Sang ayah berangkat hijrah mendampingi Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan membawa seluruh hartanya. Selang beberapa waktu, datang kakeknya, Abu Quhafah, menemuinya. Abu Quhafah adalah seorang tua yang telah hilang penglihatannya. Dia mengatakan tentang Abu Bakr, “Dia itu menyulitkan kalian dengan diri dan hartanya.” Mendengar ucapan itu, Asma` menjawab, “Tidak, wahai Kakek. Banyak yang dia tinggalkan bagi kami.” Asma` pun mengambil bebatuan. Diletakkannya dalam lobang di dinding rumahnya, kemudian ditutupnya dengan kain. Lalu diambilnya tangan sang kakek sembari berkata, “Dia meninggalkan ini untuk kami.” Tatkala meraba bebatuan itu, Abu Quhafah mengira itu adalah harta. Maka dia pun berkata, “Kalau ini yang dia tinggalkan untuk kalian, maka baiklah!”

💥 Selepas Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Abu Bakr Ash-Shiddiq رضي الله عنه berangkat, Abu Jahl bersama serombongan musyrikin datang. Asma`رضي الله عنهما menghadapi mereka. Abu Jahl menghardik, “Di mana ayahmu!” “Demi Allah, aku tidak tahu di mana sekarang dia berada.” Jawaban itu membuat Abu Jahl berang. Tangannya pun melayang, menampar Asma` رضي الله عنهما hingga terlepas antingnya, lalu beranjak pergi.

🏡 Asma` bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq رضي الله عنهما disunting oleh seorang shahabat yang mulia, Az-Zubair bin Al-’Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil ‘Uzza bin Qushay رضي الله عنه. Kepada pasangan ini Allah سبحانه وتعالى menganugerahkan buah pernikahan mereka, Abdullah bin Az-Zubair رضي الله عنهما, bayi pertama yang lahir dalam Islam dari kalangan Muhajirin. Ketika mengandung, Asma` menempuh perjalanan hijrah ke Madinah. Dalam perjalanan itu, tatkala telah tiba di Quba`, Asma` melahirkan. Dia serahkan bayinya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلمuntuk ditahnik serta mendapatkan doa kebaikan. Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan pada putra pertama Az-Zubair رضي الله عنه ini nama Abdullah. Kemudian setelah itu Allah سبحانه وتعالى anugerahkan pula kepada mereka putra-putri yang lain, ‘Urwah, Al-Mundzir, ‘Ashim, Al-Muhajir, Khadijah Al-Kubra, Ummul Hasan dan ‘Aisyah.

🍞 Az-Zubair رضي الله عنه bukanlah seorang yang berada. Dia tak memiliki harta ataupun budak, kecuali hanyalah seekor kuda. Asma` رضي الله عنهما mengisahkan kiprahnya dalam rumah tangga. Dia mengurus, memberi makan dan minum kuda suaminya, menumbuk biji-bijian, mengambil air dan membuat adonan untuk makanan.

👣 Suatu ketika, Asma` رضي الله عنهما  tengah membawa biji-bijian di atas kepalanya, berjalan kaki dari kebun Az-Zubair رضي الله عنه. Tiba-tiba Rasulullah صلى الله عليه وسلم berlalu bersama para shahabat. Melihat Asma` berjalan membawa beban, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberi isyarat agar Asma` turut naik di atas tunggangan beliau. Terbayang di benak Asma` saat itu kecemburuan suaminya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun mengetahui bahwa Asma` merasa malu, hingga beliau pun melanjutkan perjalanan.

⚠ Ketika bertemu dengan Az-Zubair رضي الله عنه, Asma` رضي الله عنهما menceritakan apa yang dialaminya. “Sungguh,” kata Az-Zubair رضي الله عنه, “Engkau membawa biji-bijian di atas kepalamu lebih berat bagiku daripada engkau membonceng Rasulullah صلى الله عليه وسلم.”

🌂 Sungguh, gambaran ketabahan yang luar biasa. Menjalani hari-hari dalam rumah tangganya. Wanita yang mulia, putri seorang yang mulia ini pernah mengeluhkan kepada ayahnya tentang kekerasan sikap Az-Zubair رضي الله عنهpadanya. Abu Bakr  رضي الله عنه pun menasehati putrinya, “Sabarlah, wahai putriku. Sesungguhnya bila seorang wanita memiliki suami yang shalih, kemudian suaminya meninggal dan dia tidak menikah lagi sepeninggalnya, maka mereka berdua akan bersama lagi di dalam jannah.”

☔ Asma` bintu Abi Bakr رضي الله عنهما menyaksikan pula putranya dihukum mati oleh panglima yang zalim, Al-Hajjaj, pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Setelah Al-Hajjaj melaksanakan hukuman itu, dia menemui Asma` lalu berkata, “Wahai ibu, sesungguhnya Amirul Mukminin berpesan padaku untuk menanyakan padamu, apakah engkau memiliki suatu keperluan?” Asma` pun menjawab, “Aku bukan ibumu, tapi aku ibu orang yang digantung itu, dan aku tidak mempunyai keperluan apa pun! Akan tetapi aku akan menyampaikan padamu bahwa aku pernah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, ‘Akan keluar dari Tsaqif seorang pendusta dan seorang pembinasa.’ Adapun si pendusta, kita telah mengetahuinya. Adapun si pembinasa, engkaulah orangnya!” Al-Hajjaj menukas, “Pembinasa orang-orang munafik.”

❌Tatkala mendengar Al-Hajjaj menganggap Abdullah bin Az-Zubair رضي الله عنهما adalah munafik, Asma` menjawab, “Demi Allah, dia bukan munafik. Dia seorang yang banyak puasa dan shalat malam, serta berbakti kepada ibunya!”

💦Dengan tangannya Asma` melepaskan tali yang mengikat putranya, Abdullah, atas izin Khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan, setelah sebelumnya Al-Hajjaj menolak untuk mengizinkannya. Ibu yang telah renta dan hilang penglihatannya karena tua itu pun memandikan jasad putranya, lalu mengkafaninya. Lalu dibawanya jenazah Abdullah bin Az-Zubair رضي الله عنهما ke Madinah dan dikuburkannya di sana.

🍃🍂 Beberapa malam setelah itu, tak selang berapa lama, Asma` bintu Abi Bakr Ash Shiddiq رضي الله عنهما kembali ke hadapan Rabbnya سبحانه وتعالى  dalam usia mencapai seratus tahun. Tak satu pun di antara giginya tanggal dan tak melemah pikirannya karena usia.

💎 Dia seorang wanita dengan sederet kemuliaannya. Dia mewariskan banyak ilmu kepada anak-anak dan generasi setelahnya. Dia turut dalam kancah peperangan Yarmuk bersama suaminya.

🍯Dia begitu masyhur dengan kedermawanannya, hingga Abdullah bin Az Zubair رضي الله عنهما pun bertutur, “Tak ada wanita yang lebih dermawan daripada ‘Aisyah dan Asma`. Namun kedermawanan mereka berbeda. ‘Aisyah gemar mengumpulkan sedikit demi sedikit, dan setelah terkumpul dia sedekahkan, sedangkan Asma`, dia tak pernah menyimpan sesuatu untuk esok hari.”

🌹 Kisah sepanjang kehidupannya yang bertabur ketabahan dan kesabaran. Asma` bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq, semoga Allah meridhainya…

 

Wallahu a’lam.

 

📚 Sumber bacaan :
➲Shahih Muslim
➲Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani (7/486-487)
➲Al-Isti’ab, Ibnu ‘Abdil Barr (4/1781-1783)
Ath-Thabaqatul Kubra, Ibnu Sa’d (1/229, 8/249-251)
➲Siyar A’lamin Nubala` , Adz-Dzahabi (2/287-296, 3/379)
➲Tahdzibul Kamal,  Al-Mizzi (35/123-124)

💻 Sumber :
http://asysyariah.com/asma-bintu-abi-bakr-ash-shidiq/

🎀مجموعة روضة الأطفال🎀




Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami :





🔗 http://tamananakshalih.blogspot.com/

Figur Ke-13 : Shafiyyah bintu Abdil Muthalib  رضي الله عنها

🎀Figur Shalihah Panutan Wanita Shalihah🎀





🌹Inilah dia wahai ibu...
Figur Wanita Shalihah,
Sebaik-baik cermin...
🔎Untuk kita berkaca padanya...




🌅 Figur Ke-1⃣3⃣


🌸〰🌸 Shafiyyah bintu Abdil Muthalib  رضي الله عنها 🌸〰🌸
 

✏ (ditulis oleh : Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran حفظها الله)

Seorang wanita di kalangan bangsawan Quraisy. Dia sambut ajakan anak saudaranya tatkala menyeru manusia untuk meninggalkan penyembahan berhala. Dengan keimanannya dia berhijrah, serta menjalani kemuliaan.

Dia bernama Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushay Al-Qurasyiyah Al-Hasyimiyah  رضي الله عنها. Ibunya bernama Halah bintu Wahb bin ‘Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dia saudari kandung Hamzah bin ‘Abdil Muththalib رضي الله عنه.

Semasa jahiliyah, Shafiyyah رضي الله عنها menikah dengan Al-Harits bin Harb bin Umayyah bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushay. Namun Al-Harits meninggal. Sepeninggal Al-Harits, Shafiyyah menikah dengan Al-’Awwam bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay. Dari pernikahan ini, lahir Az-Zubair bin Al-’Awwam رضي الله عنه , As-Sa`ib, dan Abdul Ka’bah.

Ketika cahaya Islam mulai menyebar, Shafiyyah pun menyatakan ketundukannya. Dia pun berbai’at kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم serta turut berhijrah ke negeri Madinah. Kisah-kisah kehidupannya mengesankan bahwa dia adalah seorang wanita yang tabah.

Pertengahan Syawwal, tahun ketiga setelah hijrah, pada Sabtu pagi, peperangan Uhud mulai berkobar. Rasulullah صلى الله عليه وسلم berperang bersama 700 orang pasukan kaum muslimin, 50 di antaranya pasukan berkuda, menghadapi 3.000 orang pasukan musyrikin. Dengan ilmu dan hikmah-Nya, Allah سبحانه وتعالى  menentukan hari itu sebagai saat datangnya ujian bagi kaum muslimin. Pada hari itu, Allah tampakkan orang-orang munafiq dan Allah muliakan orang-orang yang mendambakan kemuliaan sebagai syuhada.

Di antara shahabat yang gugur di medan Uhud adalah Hamzah bin ‘Abdil Muththalib رضي الله عنه. Kematian Hamzah menggoreskan kesedihan dalam hati Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Air mata beliau berlinang saat mendengar berita kematiannya.

Usai peperangan, seorang wanita berjalan mendekati jasad-jasad kaum muslimin yang gugur di kancah pertempuran. Tatkala melihatnya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak ingin wanita itu melihat kaum muslimin yang terbunuh. “Cegah wanita itu!” kata beliau. Az-Zubair bin Al-Awwam رضي الله عنهmengenali wanita itu adalah ibunya. Segera dia mendekati sebelum sang ibu sampai di tempat para syuhada. Namun sang ibu mengusirnya, “Tinggalkan aku! Tidak ada tempat bagimu!”

Wanita itu, Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib رضي الله عنها pun berhenti dan berdiri di dekat jasad saudaranya, Hamzah bin ‘Abdil Muththalib رضي الله عنه. Dikeluarkannya dua helai kain yang dibawanya, sembari berkata, “Ini dua helai kain yang kubawa untuk saudaraku Hamzah. Aku telah mendengar berita kematiannya. Kafanilah dia dengannya.”

Di sebelah jasad Hamzah رضي الله عنه terbujur pula jasad seorang Anshar. Dia tidak memiliki kafan. Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun memerintahkan untuk membagi dua kafan Hamzah, sehelai untuk Hamzah, sehelai untuk orang Anshar itu.

Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib رضي الله عنهاdikaruniai usia yang panjang. Dia wafat pada masa pemerintahan ‘Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنهdalam usia tujuh puluh tiga tahun dan dimakamkan di pekuburan Baqi’. Kehidupan dirinya adalah gambaran ketabahan jiwanya.

Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib رضي الله عنها, semoga Allah meridhainya….
 

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

 

📚 Sumber bacaan :

❀ Al-Ishabah, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani (7/743-744)
❀ Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu Abdil Barr (4/1873)
❀ Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’ad (3/15, 8/41)
❀ Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (3/197)
❀ Mukhtashar Siratir Rasul, karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (hal. 161-168, 172)
❀ Shahihus Sirah An-Nabawiyah, Ibrahim Al-’Ali (hal. 210-211)
❀ Siyar A’lamin Nubala`, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/521-522)

 
💻 Sumber :
http://asysyariah.com/shafiyah-bintu-abdil-muthalib/

🎀مجموعة روضة الأطفال🎀



Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami :




🔗 http://tamananakshalih.blogspot.com/

Figur Ke-12 : Ummu ‘Aiman رضي الله عنها

🎀Figur Shalihah Panutan Wanita Shalihah🎀



🌹Inilah dia wahai ibu...
Figur Wanita Shalihah,
Sebaik-baik cermin...
🔎Untuk kita berkaca padanya...


🌅 Figur Ke-1⃣2⃣

🌸〰🌸 Ummu ‘Aiman رضي الله عنها 🌸〰🌸

✏ (ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran)

🌷 Perjalanannya dalam mengiringi kehidupan Rasulullah صلى الله عليه وسلم tak dapat diabaikan. Kemuliaan yang disandangnya di sisi Rasulullah صلى الله عليه وسلم tak layak dilupakan. Hingga manusia paling mulia itu pun berkata tentangnya, dialah ibu setelah ibuku….

🌸 Wanita yang mulia ini bernama Barkah bintu Tsa’labah bin ‘Amr bin Hishn bin Malik bin Salamah bin ‘Amr bin An-Nu’man Al-Habasyiyah رضي الله عنها. Namun dia lebih dikenal dengan kunyahnya, Ummu ‘Aiman.

🌺 Semula Ummu ‘Aiman رضي الله عنها adalah seorang budak milik ‘Abdullah bin ‘Abdil Muththalib, ayah Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Di kemudian hari, setelah ‘Abdullah bin ‘Abdil Muththalib meninggal, Ummu ‘Aiman رضي الله عنها  diwarisi oleh Rasulullahصلى الله عليه وسلم. Dialah yang mengasuh Rasulullahصلى الله عليه وسلم semenjak kecil.

🌷 Tatkala Rasulullah صلى الله عليه وسلم berusia enam tahun, beliau dibawa oleh ibunya, Aminah bintu Wahb, mengunjungi keluarga sang ibu dari Bani ‘Adi bin An-Najjar di Madinah. Ummu ‘Aiman رضي الله عنها menyertai perjalanan mereka. Sebulan lamanya mereka berada di sana.

🌸 Ada peristiwa yang tercatat dalam kenangan Ummu ‘Aiman رضي الله عنها saat mereka berada di Madinah. Orang-orang Yahudi di sana melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Mereka pun berujar, “Dia adalah nabi umat ini dan ini adalah negeri hijrahnya". Ucapan mereka itu diingat benar oleh Ummu 'Aiman.  Setelah itu, Aminah membawa putranya kembali ke Makkah.

🌺 Namun ternyata itulah saat terakhir kebersamaan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan sang ibunda. Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah, Aminah meninggal di Abwa’, antara Makkah dan Madinah, dan dikuburkan di sana. Pulanglah Ummu'Aiman رضي الله عنها membawa Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan dua unta tunggangan mereka.

🌷 Setelah ibunda Rasulullah صلى الله عليه وسلم tiada, Ummu 'Aiman berperan sebagai ibu bagi Rasulullahصلى الله عليه وسلم. Tak heran, banyak kisah yang dapat dituturkan oleh Ummu 'Aiman رضي الله عنهاtentang Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Ummu ‘Aiman terus menyertai kehidupan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم menikah dengan Khadijah bintu Khuwailid رضي الله عنها, Ummu ‘Aiman رضي الله عنها mendapatkan kemerdekaan dirinya. Rasulullah صلى الله عليه وسلمmembebaskannya.

🌸 Ummu ‘Aiman رضي الله عنها, seorang wanita yang teramat mulia. Dari rahimnya terlahir orang-orang mulia. Ummu ‘Aiman رضي الله عنها menikah dengan ‘Ubaid bin Zaid رضي الله عنه  dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj. Dari pernikahan ini, lahirlah 'Aiman bin ‘Ubaid رضي الله عنه yang kelak di kemudian hari turut terjun dalam peperangan bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم hingga menggapai syahid di medan pertempuran Hunain.

🌺 Ummu ‘Aiman رضي الله عنها menjalani kehidupannya sepeninggal suaminya. Saat itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjanjikan, “Siapa yang senang menikah dengan seorang wanita ahli surga, hendaklah dia menikah dengan Ummu ‘Aiman.” Datanglah Zaid bin Haritsah رضي الله عنه, bekas budak sekaligus seorang yang sangat dicintai oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم, untuk meminangnya. Dinikahkanlah Ummu ‘Aiman رضي الله عنها oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengannya. Lahirlah Usamah bin Zaid رضي الله عنهما yang kelak di kemudian hari menyandang kemuliaan memimpin pasukan terakhir yang diutus oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم menghadapi Romawi, sementara dalam barisan pasukan itu ada orang-orang mulia seperti Abu Bakr dan ‘Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنهما.

🌷 Ummu ‘Aiman mendampingi Zaid bin Haritsah رضي الله عنه hingga Zaid meninggal sebagai syahid saat memimpin pasukan dalam kancah pertempuran yang seru di medan Mu’tah, Syam, pada tahun kedelapan setelah hijrah.

🌸 Ummu ‘Aiman رضي الله عنها, seorang wanita yang mendapatkan kemuliaan dua hijrah, ke bumi Habasyah dan ke bumi Madinah. Suatu ketika dalam salah satu perjalanan hijrahnya, Ummu ‘Aiman menempuhnya dengan berpuasa. Tiba saat berbuka, tak ada bekal air yang dapat digunakan untuk melepaskan dahaganya yang sangat. Tiba-tiba didapatinya setimba air terulur dari langit dengan tali timba yang berwarna putih. Ummu ‘Aiman pun meminumnya. Ummu ‘Aiman menuturkan, “Semenjak itu, aku berpuasa di siang yang panas dan berjalan di bawah terik matahari agar aku merasa haus, namun aku tidak pernah merasakan dahaga.”

🌺 Hijrahnya ke Madinah ditempuhnya selang beberapa waktu setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم hijrah ke Madinah. Ketika itu Rasulullah صلى الله عليه وسلمmengutus Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi’ رضي الله عنهما dengan berbekal dua ekor unta dan 500 dirham untuk membawa dua putri beliau, Fathimah dan Ummu Kultsum رضي الله عنهما, serta Saudah bintu Zam’ah رضي الله عنها. Pada saat itu pulalah Ummu ‘Aiman bersama putranya Usamah bin Zaid bertolak menuju Madinah bersama rombongan ini.

🌷 Ummu ‘Aiman terus mengiringi kehidupan Rasulullahصلى الله عليه وسلم hingga wafatnya. Ketika Rasulullahصلى الله عليه وسلم telah wafat, Abu Bakr رضي الله عنهberkata kepada ‘Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه, “Mari kita mengunjungi Ummu ‘Aiman sebagaimana dulu Rasulullah صلى الله عليه وسلم biasa mengunjunginya.” Keduanya pun beranjak menemui Ummu ‘Aiman. Ternyata mereka jumpai Ummu ‘Aiman dalam keadaan menangis, hingga mereka pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis? Bukankah apa yang di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah.” Ummu ‘Aiman menjawab, “Aku menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Mendengar penuturan Ummu ‘Aiman, berlinanglah air mata Abu Bakr dan Umar رضي الله عنهما hingga keduanya pun menangis bersama Ummu ‘Aiman.

🌸 Ummu ‘Aiman رضي الله عنها sempat menemui saat terbunuhnya ‘Umar bin Al-Khaththab. Ketika itu dia mengatakan, “Pada hari ini Islam menjadi lemah.”

🌺 Lima puluh bulan setelah wafatnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Ummu ‘Aiman رضي الله عنها kembali kepada Rabbnya سبحانه وتعالى. Dia telah menorehkan sebuah kemuliaan yang akan senantiasa dikenang. Dia meninggalkan untaian kebaikan yang akan memberikan teladan.

🌷🌷 Ummu ‘Aiman, semoga Allah meridhainya….

Wallahu ta’ala a’lamu bish shawab.

 

📚 Sumber bacaan :

❀ Al-Ishabah, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani (8/169-172)
❀ Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (1/128, 2/1793-1795)
❀ Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (1/116, 8/223-226)
❀ Siyar A’lamin Nubala`, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/223-227)

💻 Sumber :
http://asysyariah.com/ummu-aiman/

🎀مجموعة روضة الأطفال🎀

Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami :


🔗 http://tamananakshalih.blogspot.com/

Figur Ke-11 : Ruqayyah dan Ummu Kultsum رضي الله عنهما

🎀Figur Shalihah Panutan Wanita Shalihah🎀



🌹Inilah dia wahai ibu...
Figur Wanita Shalihah,
Sebaik-baik cermin...
🔎Untuk kita berkaca padanya...



🌅 Figur Ke-1⃣1⃣



🌸〰🌸Ruqayyah dan Ummu Kultsum رضي الله عنهما 🌸〰🌸

Kisah Perjalanan Dua Cahaya

 

✏ (ditulis oleh : Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran حفظها الله)

 🌾Tumbuh beriringan bak dua kuntum bunga, berhias keindahan. Lepas dari belenggu ikatan, bertabur kemuliaan. Berlabuh di sisi kekasih nan dermawan, sang pemilik dua cahaya.

🍃 Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza رضي الله عنها. Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum رضي الله عنهما, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib صلى الله عليه وسلم.

🍂 Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum menikah dengan saudara ‘Utbah, ‘Utaibah bin Abi Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan lama.

🌾Berawal dengan diangkatnya Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai nabi, menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah  صلى الله عليه وسلم, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!”

🍃Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya. Allah سبحانه وتعالى memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah bintu Rasulillah صلى الله عليه وسلم رضي الله عنها disunting oleh seorang sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه.

🍂 Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allahسبحانه وتعالى bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.

🌾Di bumi Habasyah, Ruqayyah رضي الله عنها melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi, putra ‘Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Oleh sebab musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.

🍃Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum رضي الله عنها, berhijrah bersama keluarga Rasulullah  صلى الله عليه وسلم.

🍂 Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulillahصلى الله عليه وسلم رضي الله عنها  diserang sakit. Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه untuk tetap tinggal menemani istrinya.

🌾Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara malam-malam peristiwa Badr, Ruqayyah bintu Rasulillah صلى الله عليه وسلم رضي الله عنها kembali ke hadapan Rabb-nya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya.

🍃 Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah رضي الله عنها, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah رضي الله عنه. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad صلى الله عليه وسلم رضي الله عنها pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.

🍂 Sepeninggal Ruqayyah رضي الله عنها, ‘Umar bin Al Khaththab رضي الله عنه menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه untuk menikah dengan putrinya, Hafshah bintu ‘Umar رضي الله عنها yang kehilangan suaminya di medan Badr. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه ke hadapan Rasulullah صلى الله عليه وسلم  mengadukan kekecewaannya.

🌾Ternyata Allah سبحانه وتعالى memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah  صلى الله عليه وسلمmeminang Hafshah  رضي الله عنها untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه dengan putrinya, Ummu Kultsum رضي الله عنها. Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga setelah hijrah.

🍃 Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum رضي الله عنها kembali ke hadapan Rabb-nya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib رضي الله عنهما. Tampak Rasulullah صلى الله عليه وسلمmenshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau berlinang air mata, beliau bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya semalam?” Abu Thalhah menjawab, “Saya.” Kata beliau, “Turunlah!”

🍂 Jasad Ummu Kultsum رضي الله عنها  dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari رضي الله عنهم. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah صلى الله عليه وسلم رضي الله عنهما, semoga Allah meridhainya….

🌸 Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

 

📚 Sumber bacaan :
❀ Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (hal. 1038, 1839-1842, 1952-1953)
❀ Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/36-38)
❀ Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (2/105)
❀ Fathul Bari, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/188)
❀ Siyar A’lamin Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/250-253
❀ Tahdzibul Kamal, karya Al-Imam Al-Mizzi (19/448)

💻 Sumber :
http://asysyariah.com/ruqayyah-dan-ummu-kultsum-kisah-perjalanan-dua-cahaya/

🎀مجموعة روضة الأطفال🎀

Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami :

🔗 http://tamananakshalih.blogspot.com/

Figur Ke-10 : Zainab bintu Rasulillah رضي الله عنها (صلى الله عليه وسلم)

🎀Figur Shalihah Panutan Wanita Shalihah🎀

🌹Inilah dia wahai ibu...
Figur Wanita Shalihah,
Sebaik-baik cermin...
🔎Untuk kita berkaca padanya...

🌅 Figur Ke-1⃣0⃣

🌸〰🌸 Zainab bintu Rasulillah رضي الله عنها (صلى الله عليه وسلم) 🌸〰🌸

✏ (ditulis oleh : Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran حفظها الله)
 

🔦Cinta tak cukup untuk menyatukan dua manusia. Tatkala jalan telah berbeda, tak kan mungkin mereka saling bersama. Namun cahaya keimanan akan mempertemukan kembali yang telah terpisahkan sekian lama.

🌺 Tersebutlah kisah tentang putri pemimpin para nabi. Terlahir dari rahim ibundanya, seorang wanita bangsawan Quraisy, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay Al-Qurasyiyyah رضي الله عنها, saat ayahnya memasuki usia tiga puluh tahun. Dia bernama Zainab bintu Muhammad bin ‘Abdillah رضي الله عنها (صلى الله عليه وسلم).

🌷🌷Semasa hidup ibunya, sang putri yang menawan ini disunting oleh seorang pemuda, Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ bin ‘Abdil ‘Uzza bin ‘Abdisy Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushay Al-Qurasyi namanya. Dia putra Halah bintu Khuwailid, saudari perempuan Khadijah رضي الله عنها. Ketika itu, Khadijah رضي الله عنها menghadiahkan seuntai kalung untuk pengantin putrinya. Dari pernikahan itu, lahir Umamah dan ‘Ali, dua putra-putri Abul ‘Ash.

💥 Tatkala cahaya Islam merebak, Allah سبحانه وتعالى membuka hati Zainab رضي الله عنها untuk menyambutnya. Namun, Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ masih berada di atas agama nenek moyangnya. Dua insan di atas dua jalan yang berbeda. Orang-orang musyrik pun mendesak Abul ‘Ash untuk menceraikan Zainab, namun Abul ‘Ash dengan tegas menolak mentah-mentah permintaan mereka. Akan tetapi, Zainab رضي الله عنها masih pula tertahan untuk bertolak ke bumi hijrah.

🔥Ramadhan tahun kedua setelah hijrah, terukir peristiwa Badr. Dalam pertempuran itu, terbunuh tujuh puluh orang dari pihak musyrikin dan tertawan tujuh puluh orang dari mereka. Di antara tawanan itu ada Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’.

💎 Penduduk Makkah pun mengirim tebusan untuk membebaskan para tawanan. Terselip di antara harta tebusan itu seuntai kalung milik Zainab رضي الله عنها untuk kebebasan suaminya. Ketika melihat kalung itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم terkenang pada Khadijah رضي الله عنها yang telah tiada. Betapa terharu hati beliau mengingat putri yang dicintainya. Lalu beliau berkata pada para shahabat, “Apabila kalian bersedia membebaskan tawanan yang ditebus oleh Zainab dan mengembalikan harta tebusan yang dia berikan, lakukanlah hal itu.” Para shahabat pun menjawab, “Baiklah, wahai Rasulullah!”

🎯 Kemudian mereka lepaskan Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ dan mengembalikan seuntai kalung Zainab yang dijadikan harta tebusan itu. Ketika itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم meminta Abul ‘Ash untuk berjanji agar membiarkan Zainab pergi meninggalkan negeri Makkah menuju Madinah. Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengutus Zaid bin Haritsah رضي الله عنه bersama salah seorang Anshar sembari berkata, “Pergilah kalian ke perkampungan Ya’juj sampai bertemu dengan Zainab, lalu bawalah dia kemari.”

💨🔥Berpisahlah Zainab رضي الله عنها di atas jalan Islam, meninggalkan suaminya yang masih berkubang dalam kesyirikan. Menjelang peristiwa Fathu Makkah, Abul ‘Ash keluar dari negeri Makkah bersama rombongan dagang membawa barang-barang dagangan milik penduduk Makkah menuju Syam. Dalam perjalanannya, rombongan itu bertemu dengan seratus tujuhpuluh orang pasukan Zaid bin Haritsah yang diutus oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk menghadang rombongan dagang itu. Pasukan muslimin pun berhasil menawan mereka dan mengambil harta yang dibawa oleh rombongan musyrikin itu, namun Abul ‘Ash berhasil meloloskan diri.

⛺ Ketika gelap malam merambah, Abul ‘Ash dengan diam-diam menemui istrinya, Zainab bintu Rasulullah رضي الله عنها, untuk meminta perlindungan. Subuh tiba. Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para shahabat berdiri menunaikan Shalat Shubuh. Saat itu, Zainab رضي الله عنها berseru dengan suara lantang, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku telah memberikan perlindungan kepada Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’!”

📣 Usai shalat, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menghadap pada para shahabat sembari bertanya, “Kalian mendengar apa yang aku dengar?” “Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata lagi, “Sesungguhnya aku tidak mengetahui apa pun sampai aku mendengar apa yang baru saja kalian dengar.”

❗❗Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم menemui putrinya dan berpesan, “Wahai putriku, muliakanlah dia, namun jangan sekali-kali dia mendekatimu karena dirimu tidak halal baginya.” Zainab رضي الله عنها menjawab, “Sesungguhnya dia datang semata untuk mencari hartanya.”

💎💍 Setelah itu Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengumpulkan pasukan Zaid bin Haritsah رضي الله عنه dan berkata pada mereka, “Sesungguhnya Abul ‘Ash termasuk keluarga kami sebagaimana kalian ketahui, dan kalian telah mengambil hartanya sebagai fai’ yang diberikan Allah kepada kalian. Namun aku ingin kalian berbuat kebaikan dan mengembalikan harta itu kepadanya. Akan tetapi kalau kalian enggan, maka kalian lebih berhak atas harta itu.” Para shahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami akan kembalikan harta itu padanya.”

🎁🎁 Seluruh harta yang dibawa Abul ‘Ash kembali ke tangannya dan tidak berkurang sedikit pun. Segera dia membawa harta itu kembali ke Makkah dan mengembalikan setiap harta titipan penduduk Makkah pada pemiliknya. Lalu dia bertanya, “Apakah masih ada di antara kalian yang belum mengambil kembali hartanya?”. Mereka menjawab, “Semoga Allah memberikan balasan yang baik padamu. Engkau benar-benar seorang yang mulia dan memenuhi janji.” Abul ‘Ash pun kemudian menegaskan, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya! Demi Allah, tidak ada yang menahanku untuk masuk Islam saat itu, kecuali aku khawatir kalian menyangka bahwa aku memakan harta kalian. Sekarang setelah Allah سبحانه وتعالى tunaikan harta itu kepada kalian masing-masing, aku masuk Islam ."Abul ‘Ash bergegas meninggalkan Makkah, hingga bertemu dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam keadaan Islam.

💐🎀 Enam tahun bukanlah rentang waktu yang sebentar. Akhir penantian yang sekian lama pun menjelang. Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengembalikan putri tercintanya, Zainab رضي الله عنها kepada suaminya, Abul ‘Ash bin Ar- Rabi’ رضي الله عنه, dengan nikahnya yang dulu dan tanpa menunaikan kembali maharnya. Dua insan kini bersama meniti jalan mereka…

☔ Namun, Allah سبحانه وتعالى telah menetapkan taqdir-Nya. Tak lama setelah pertemuan itu, Zainab bintu Rasulullah رضي الله عنها kembali ke hadapan Rabb-nya, pada tahun kedelapan setelah hijrah, meninggalkan kekasihnya untuk selamanya.

🍃💦 Di antara para shahabiyyah yang memandikan jenazahnya, ada Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyah رضي الله عنها. Darinya terpapar kisah dimandikannya jenazah Zainab رضي الله عنها, sesuai perintah Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dengan guyuran air bercampur daun bidara. Seusai itu, rambut Zainab رضي الله عنها dijalin menjadi tiga jalinan. Jenazahnya dibungkus dengan kain Rasulullahصلى الله عليه وسلم. Putri pemimpin para nabi itu telah pergi…

🌺 Zainab bintu Rasulillah رضي الله عنها (صلى الله عليه وسلم), semoga Allah meridhainya…

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

 

📚 Sumber bacaan :
❀ Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (4/1701-1704,1853-1854)
❀ Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/30-35)
❀ Mukhtashar Sirah Ar-Rasul, karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (hal. 110-117)
❀ Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, karya Ibrahim Al-‘Ali (hal. 192)
❀ Siyar A’lamin Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/246-250)

💻 Sumber : 

http://asysyariah.com/zainab-bintu-rasulullah/

🎀مجموعة روضة الأطفال🎀

Bagi yang ingin mengambil faedah dari postingan RA yang telah lalu, antunna dapat mengunjungi blog kami :

🔗 http://tamananakshalih.blogspot.com/